Seorang sastrawan yang sering menggunakan fakta-fakta sejarah sebagai latar untuk mengisahkan tokoh-tokoh fiksinya bermaksud untuk mengisahkan kembali seorang tokoh sejarah dalam berbagai dimensikehidupannya, seperti emosi pribadi tokoh, tragedi yang menimpanya, kehidupan keluarga dan masyarakatnya, serta pandangan politiknya. misalkan novel Roro Mendut versi mangunwijaya dan versi Ajip Rosidi; Bumi Manusia, Jejak Langkah, Anak Segala Bangsa, dan Kaca karya Pramoedya Anata Toer; Kuantar Ke Gedung karya Ramadhan K.H yang mengisahahkan kehidupan Soekarno ketika menjalin rumah tangga dengan Inggit Ganarsih; novel Pangeran diponegoro; Mengagas Ratu Adil Remy Silado. Contoh lain Novel The da Vinci Code karya Dan Brown.
Novel sejarah adalah novel yang didalamnya menjelaskan dan menceritakan tentang fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal muala atau latar belakang terjadinya sesuatu yang memiliki nilai kesejarahan, bisa bersifat naratif atau deskriptif. Novel sejarah termaksud dalam teks naratif jika disajikan dengan menggunakan urutan peristiwa dan urutan waktu. Namun jika novel sejarah disajikan secara simbolis verba, novel tergolong ke dalam teks desktiptif.
A. Mengidentifikasi Informasi dalam Teks Cerita Sejarah
Membaca novel (termaksud novel sejarah) dapat dilakukan dengan cepat. perlu diusahakan agar membaca novel selesai dalam waktu kurun waktu tertentu. Misalnya, satu jam selesai sebagai tahap pengenalan dalam membaca cepat. Perlu ditumbuhkan kesadaran terhadap diri sendiri bahwa membaca pada mulanya berat, tetapi jika sudah terbiasa akan menjadi ringan. Orang-orang yang sudah terbiasa membaca akan dengan mudah membaca novel dengan cepat.
Novel sejarah dapat dikategorikan sebagai novel ulang (rakon). supaya supaya tidak terjadi kesalahpahaman dan frasa "novel ulang", berikut ini merupakan penjelasan tentang novel ulang. Berdasarka jenis nya novel ulang terdiri atas tiga jenis, yakni rekon pribadi, faktual dan imajinatif;
- Rakon Pribadi adalah novel yang memuat kejadian dan penulisnya terlibat secara langsung.
- Rakon Faktual (Informasional) adalah novel yang memuat kejadian faktual seperti keksperimen ilmiah, laporan polisi, dan lai-lain.
- Rekon Imajinatif adalah novel yang memuat kisah faktual yang dikhyalkan dan di ceritakan secara lebih rinci.
Berdasarkan penjelasan diatas, novel sejarah tergolong kedalam rekon imajinatif. Artinya, novel tersebut di dasarkan atas fakta-fakta sejarah yang kemudian dikisahkan kembali dengan sudut pandang lain yang tidak muncul dalam fakta sejarah, Misalnya kegemaran, emosi dan keluarga.
Dalam menikmati novel sejarah, mula-mula kamu membacanya secara cepat. dalam hal ini kamu dapat mengamati bagian tokoh sejarah yang kisahkan. Karakter yang di gambarkan, dan kejadiannya. misalnya setelah membaca novel kuantar ke gerbang karya Ramadhan K.H. Terbitan sinar Harapan Tahun 1981, kamu mampu mengenalibahwa novel ini sangat dekat dengan sejarah. Data-data faktual, seperti tempat kejadian dan tokohnya benar adanya.
Ramadhan K.H kemudian merekontruksinya menjadi novel. Novel ini mengisahkan cerita romantis ibu Inggit dengan Soekarno (Bapak proklamator Indonesia) Imajinasi pengarang muncul saat ingin memberikan makna tentang peran ibu Inggit dalam membentuk seorang pribadi yang kelak akan menjadi presiden pertama Indonesia pertama kali, ibu Inggit lah mengayomi, memelihara, dan mengantar Soekarno ke dalam kedudukannya sebagai tokoh nasional, peran ini bukanlah sebagai "kaan politik" tetapi sebagai dua sosok yang saling memahami.
Plot novel sangat bergantung pada tokoh Soekarno dalam perjuangan nya untuk menjadi tokoh politik penting Indonesia. Tokoh Inggit menjadi "saksi mata" atas semua novel. Teknik orang pertama (aku) yang digunakan hanya untuk menggisahkan kejadian disekitar Soekarno dan bukan tentang dirinya sendiri. melalui teknik ini pengarang lebih dapat mengungkapkan perasaan dan pikiran seorang istri pejuang nasional yang kurang di kenal secara publik.
B. Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita Sejarah
Novel sejarah, seperti juga novel-novel lainnya, termaksud dalam genre teks cerita ulang. Novel sejarah juga mempunyai struktur teks yang sam dengan struktur novel lainnya yaitu orientasi, pengungkapan peristiwa, rising action, komplikasi, evaluasi/resolusi, dan koda.
1. Pengenalan situaasi cerita (exposition, orientasi)
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan setting cerita baik waktu, tempat, maupun peristiwa. Selain itu, orientasi juga dapat disajikan dengan mengenalkan para tokoh,menata adegan, dan hubungan antar tokoh.
2. Pengungkapan peristiwa
Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran para tokohnya.
3. Menuju konflik (rising action)
Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.
4. Puncak konflik (trubung poin, konflikasi)
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Ini lah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan. Pada bagian ini pula, ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya. Misalnya, apakah dia kemudaian berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.
5. Penyelesaian (evaluasi, resolusi)
Sebagai ahr cerita, pada bagian ini berisi penjelasan ataupun penilaian tentang sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Pada bagian ini pun sering pula dinyatakan wujut ahir dalam kondisi ataupun nasib ahir yang dialami tokoh utama.
6. Koda
Bagian ini berupa komentar terhadap keseluruhan isi cerita yang fungsinya sebagai penutup. Komentar yang di maksud bisa disampaikan langsung oleh pengarang atau dengan mewakilkannya pada seorang tokoh. Hanya saja tidak setiap novel memiliki koda, bahkan novel-novel modern lebih banyak menyerahkan simpulan ahir cerita nya itu kepada para pembacanya. Mereka dibiarkan menebak-nebak sendiri penyelesaian ceritanya.
Untuk lebih memahami struktur teks novel sejarah, pelajarilah contoh struktur novel sejarah “Gajah Mada; bergelut dalam tahta dan angkara” berikut ini :
Mangir
Karya Pramoedya Ananta Toer
Di bawah bulan malam ini, tiada setitik pun awan di langit. Dan bulan telah terbit bersamaan dengan tenggelamnya matahari. Dengan cepat ia naik dari kaki langit, mengunjungi segala dan semua yang tersentuh cahayanya. Juga hutan, juga laut, juga hewan dan manusia. Langir jernih, bersih, dan terang di atas bumi jawa lain lagi keadaanya gelisah, resah, seakan-akan manusia tak membutuhkan ketentraman lagi.
1. Abad Keenam Belah Masehi
Bahkan juga laut jawa dibawah bulan purnama sidhi itu gelisah. Ombak-ombak besar bergulung-gulung memanjang terputus, menggunung, melandai, mengejajari pesisir pulai jawa. Setiap puncak ombak dan riak, bahkan juga busanya yang bertebaran seperti serakan Mutiara-mutiara dikuningi oleh cahaya bulan. Angin meniup tenang. Ombak-ombak makin menggila.
Sebuah kapal peronda meluncur dengan kecepatan tinggi dalam cuaca angin damai itu. Badan nya yang Panjang langsing, dengan Haluan dan buritan meruncing, timbul-tengelam diantara ombak-ombak purnama yang menggila. Layer kemudi di Haluan mengelembung membikin lunas menerjang serong gunung-gunung air it serong ke barat laut. Barisan dayung pada dinding kapal berkayuh berirama seperti kaki-kaki pada ular naga. Layarnya yang terbuat dari pilinan kapas dan benang sutra, mengikat seperti emas, kuning dan menyilaukan.
Sang patih berhenti di tengah-tengah pendopo, dekat pada Damarsewu, menegur, “dingin-dingin begini akanda datang. Pasti ada sesuatu keluarbiawaan. Mendekat sini anakanda”. Dan Patragading berjalan mendekatdengan lututnya sambal mengangkat sembah, merebahkan diri pada kaki Sang Patih. “Ampuni patik, membangunkan paduka pada malam buta begini kabar duka, Paduka. Balatentara Demak dibawah Adipati Kudus memasuki jepara tampa diduga-duga, menyalahi aturan perang”.
Allah dewa batara!” sahut Sang Patih. “itu bukan aturan Raja-raja! Itu aturan brandal!”
“Balatentara Tuban tak sempat dikerahkan Paduka.”
“Tewas enggang menyerah Paduka,” Patragading mengangkat sembah. “sisa balatentara Tuban mundur ke timur kota. Jepara penuh dengan balatentara Demak. Lebih dari tiga ribu orang.”
“Begitulah kata Warta,” pada meneruskan dengan berhati-hati matanya tertuju pada Boris.” Semua bagunan batu diatas wilayah kota, jepara, arca, pagoda, kuil, candi, akan dibongkar. Setiap batu berukir akan dijatuhi hukum buang ke laut! Tinggal hanya pengumumannya.”
“Disambar petir lah dia!” Boris meraung, seakan batu-batu itu bagian dari dirinya sendiri. “Dia hendak mengcekik semua Pernahat dan semua Dewa di kahyangan. Dikutuk dia oleh Batara Kala! Jangan dicari. Tak perlu dicari!” meraung.
Ia lari keluar ruangan, langsung menuju ke pelataran depan,. Diangkatnya tangga dan dengannya melangkahi pagar papan kayu. Dar balik pagar orang berseruseru, “lari dari asrama! Lari!”
Mula-mula pertikayan berkisar pada kelakuan Trenggono yang begitu samai hati membuat abang nya sendiri, kemudian di perkuat oleh sikapnya yang polos terhadap peristiwa pakuan. Mengapa Sultan tak juga menyatakan sikap menantang usaha portugis yang sudah melakukan perdangangan kejawa? Sikap itu semakin di tunggu semakin tak datang. Para musafir yang sudah tak dapat menambah hati lagi telah bermusyawarah dan membentuk utusan untuk menghadap Sultan. Mereka ditolak dengan alasan: apa yang terjadi di pajajaran tak punya sangkut paut dengan Demak dan Musafir.
Jawaban itu mengecewakan para musafir, bila demikian mereka mengangap sudah taka da perlunya para musafir megagungkan Demak karena keagungan memang sudah tidak ada lagi. Apa gunanya armada besar peningalan unus yang sudah dua tahun disiapkan kalau bukan untukmengusir Portugis.dan dengan demikian terjamin dan melindungi Demaksebagai negri Islam pertama-tama di jawa? Masuknya portugis ke jawa berarti ancaman langsung terhadap Islam. Kalau Trenggono tetap tak punya sikap jelas dai tak punya sesuatu urusan dengan islam.
Orang menarik kesimpulan dari perkembangan terahir: antara anak dan ibu tak kan ada perdamaian lagi. Dan pertanyaan kemudian yang timbul. Adakah Sultan akan mengambil tindakan terhadap ibunya sendiri sebagaimana ia telah melakukannya dengan abangnya sendiri.
Pangeran seda Lapen ? orang menunggu dan menunggu dengan perasaan prihatin terhadap keselamatan wanita tua itu. Sultan Trenggono tidak mengambil sesuatu Tindakan terhadap ibunya. Ia makin kerajingan membangun pasukan daratnya. Hamper setiap hari orang melihat dia berada ditengah-tengah pasukan kuda kebanggaannya, baik dalam Latihan, sodor maupun ketangkasan berpacu samba memainkan pedang menghajar boneka yang digantungkan pada sepotong kayu. Ia sendiri ikut dalam Latihan-latihan ini.
Dan dalam salah satu kesempatan semacam ini pernah ia berkata secara terbuka, “taka da yang lebih ampuh dari pasukan kuda. Lihat Kawula kami semua!” Dan para perwira pasukan kuda pada berdatangan dan merubahnya, semua di atas kuda masing-masing.
“Pada suatu kali, kaki kuda Demak akan mengepulkan debu diseluruh bumi jawa. Bila debunya jatuh Kembali kebumi , ingat-ingat para kawula, akan kalian lihat, takkan ada satu tapak kaki orang peranggi pun tampak. Juga tapak-tapaknya di Blambungan dan Pajajaran akan musnah lenyap tertutup oleh debu kuda kalian. “seluruh Tuban Kembali dalam ketenagan dan kedamaian kota dan pendalaman. Sang Patih Tuban mending telah digantikan oleh Kala Cuwit,pemimpin pasukan gajah. Nama barunya Wirabumi, dan sebagai patih ia dalam sebutan. Pasar kota dan pasar bandar ramai Kembali seperti sedia kala lalu lintas laut, kecuali dengan atas angin, pulih Kembali. Sang Adipatu telah menjatuhkan titah: Kapal-kapal Tuban mendapat perkenan untuk berlabuh dan berdagang di Malaka ataupun Pasai.
lanjutan materi -------->
Membandingkan Novel Sejarah dengan Teks Sejarah serta Menganalisis Kebahasaan Teks Cerita (novel) Sejarah
Posting Komentar