KEGIATAN 4

Membandingkan Novel sejarah dengan Teks Sejarah


Setelah membaca materi di atas, apakah kamu memahami mana yang itu novel sejarah dan seperti apa teks sejarah?

jika sudah mengerti tuliskan pendapatmu di kolom komentar postingan ini !

oke sebagai bahan perbandingan mari kita baca penjelasan  di bawah ini yang membedakan novel sejarah dengan teks sejarah.

Perbedaan Novel Sejarah dengan Teks Sejarah

A. Teks Sejarah

1.    Teks sejarah di tuntut kepada hal-hal yang memang pernah terjadi (peristiwa yang benar terjadi              dalam     masyarakat).

2. Terkait pada keharusan berdasarkan analisis bagaimana sesuatu atau peristiwa tersebut bisa terjadi         di masa lalu dan tidak bisa di ubah-ubah.

3. Berhubungan dengan fakta-fakta berdasarkan peristiwa yang pernah terjadi.

4. Terkait pada fakta mengenai apa, siapa, kapan dan dimana.

5. Pelaku-pelaku, hubungan antara mereka,kondisi dan situasi hidup dan masyarakat, kesemuanya             adalah harus sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

B. Novel Sejarah

1. Cerita dapat menggambarkan sesuatu yang tidak pernah terjadi/pernah ada.

2. Bebas untuk menciptakan berdasarkan imajinasi penulis mengenai apa,kapan,siapa, dan dimana.

3. Bisa mengandung faktor rekayasa yang mendukung cerita sebagai suatu kebulatan.

4. Cerita dapat berupa fiksi tampa ada kaitan dengan fakta sejarah tertentu.

5. Pelaku-pelaku, hubungan antara mereka, kondisi dan situasi hidup dan masyarakat kesemuanya             adalah hasil imajinasi.


C. Menganalisis Kebahasaan Teks Cerita (novel) Sejarah

Setiap teks tentu tidak jauh dari unsur kebahasaan di dalamnya namun tidak menuntut setiap teks memiliki unsur yang sama. Tentu tidak, 


1. Menganalisis kebahasaan teks cerita novel sejarah.

Membaca novel sejarah tidak dapat di lepaskan dari Bahasa yang digunakan. Seperti diketahui Bersama bahwa Bahasa novel sejarah yang dianut adalah Bahasa yang di gunakan dalam karya sastra pada umumnya, yakni konotatif dan emotif. Hal ini berbeda dengan Bahasa ilmiah yang denotatif dan rasional. Sekalipun konotatif dan emotif, Bahasa novel tetap mengacu kepada Bahasa yang digunakan masyarakat (konvensional) agar tetap dipahami oleh pembacanya. Penggunaan Bahasa denotative dan emotif diwujutkan pengarang dengan merekayasa Bahasa dengan menggunakan beragam gaya Bahasa, pencitraan, dan beragam pengucapan.

Beberapa kaidah kebahasaan yang berlaku pada novel sejarah adalah sebagai berikut:


1) Menggunakan banyak kalimat bermakna lampau

Contoh kalimat: : prajurit-prajurit yang di perintahnkan membersihkan Gedung bekas asrama telah menyelesaikan tugasnya.


2) Menggunakan banyak kata yang menyatakan banyak urutan waktu (konjungsi, kornologi, dan temporal) seperti: sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, dan kemudian.

Contoh kalimat: setelah juara gulat itu pergi Sang Adipati bangkit dan berjalan tenang-tenang masuk ke kadipaten.


3) Menggunakan banyak kata kerja yang menggambarkan suatu Tindakan (kata kerja material)

Contoh kalimat: di depan Ratu Biksuni Gayatri yang berdiri, Sri Gitarja duduk bersimpuh. Emban tua itu melanjutkan tugasnya, kali ini untuk Sekar Kedaton Dyah Wiyat yang terlihat lebih tegar dari kakaknya, atau boleh juga merupakan penampakan dari isi hatinya yang tidak bisa menerima dengan tulus pernikahan itu. Ketika para ibu ratu menangis yang menulari siapapun untuk menagis, Dyah Wijat sama sekali tidak meneteskan air mata. Manakala menatap segenap wajah yang hadir diruangan itu, yang hadir dan melekat di benaknya justru wajah Rakrian Tanca. Ayunan tangan gajah mada yang menggengam keris ke dada prajurit tamp aitu masih terbayang melekat di kelopak matanya.


4) Menggunakan banyak kata kerja yang menunjukan kalimat tak langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Misalnya, mengatakan bahwa, menceritakan tentang, menurut, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan.

Contoh kalimat: menurut Kurniawan, Zona telah periksa seluruh kamar Aldi dan ia telah melihat banyak botol dan benda-benda yang ia takt ahu nama dan gunanya.


5) Menggunakan banyak kata kerja menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh (kata kerja mental), misalnya: merasakan, mengiginkan, mengharapkan, mendambakan, menggangap.

Contoh kalimat: Claudia sependapat dengan jalan pikiran Justin.


6) Menggunakan banyak dialog.hal ini ditunjukan oleh tanda petik ganda (“……”) dan kata kerja yang menunjukan tuturan langsung.


Contoh :”kenapa kalian tidak mengerjakan tugas !!”       “mohon maaf pak, saya tidak mengerjakan tugas karena saya tidak mengerti bagai mana cara mengerjakannya”


7) Menggunakan kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, dan suasana.

Contoh kalimat: Stevin Bertiani mempersiapkan diri sebelum berbicara dan menebar pandangan pertama menyapu wajah semua pipinan prajurit, pimpinan dari satuan masingmasing. Dari apa yang terjadi itu terlihat betapa besar wibawa Stevin Bertiani, bahkan beberapa prajurit harus mengakui wibawa yang diilikinya nya jauh lebih besar dari wibawa Vina. Vina masih bisa diajak bercanda, tetapi tidak dengan Stevin, sang pemilik wajah yang amat beku ini.


Lanjutkan Materi >

 







 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama